Kisah Seorang
Wanita yang Berbakti kepada Ibunya
Yahya bin
Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir radhiyallahu ‘anhuma datang
menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau dan masuk
Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu
yang kamu tuduh ini dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama
keluarganya.’ Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya mereka telah
diampuni.’
‘Mengapa
wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia telah berbuat
baik kepada ibunya.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat
tua. Suatu ketika ada orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak
memporak-porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua itu.
Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia
taruh telapak kaki ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena
panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’”
Saudariku …
renungkanlah, bila kita simak kisah di atas lebih mendalam, kita akan
mengetahui bahwa berbakti kepada orang tua—terutama ibu—menjadi sebab
kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat. Maka selayaknya kita berusaha
agar bisa meraih kebahagiaan itu selagi orang tua kita masih hidup. Kemudian
bandingkanlah keadaan di zaman kita dengan kisah di atas. Alangkah jauh
perbedaannya! Apakah yang memberatkan kita untuk berbakti kepadanya sebagaimana
yang telah dilakukan oleh salafush
shalih? Apa yang menghalangi kita untuk berbakti kepadanya jika hal
tersebut akan membuat kita bahagia dan menjadi orang yang kaya pahala dan
tenteram hatinya?
Sungguh
merugi jika kita mengetahui dekatnya surga denganberbakti kepada kedua orang
tua, tetapi kita malah melalaikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
“Orang tua adalah
pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu
atau jagalah ia.” (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadits
lain beliau juga bersabda, “Celaka,
celaka, celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau
kedua orang tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya masuk ke dalam
surga.” (HR. Muslim)
Melalui Doa
Ibu
Berikut ini
terdapat kutipan kisah penuh hikmah tentang pentingnya berbakti kepada orang
tua. Salim bin Ayyub bercerita, “Aku pernah mengadakan perjalanan ke kota Ray,
ketika itu usiaku dua puluh tahun. Di sana aku menghadiri suatu majelis dengan
seorang syaikhyang sedang mengajar. Syaikh itu berkata kepadaku, ‘Maju dan
bacalah.’ Aku berusaha membacanya tetapi aku tidak bisa. Lidahku kelu.
Ia bertanya,
‘Apakah kamu punya ibu?’
Aku menjawab,
‘Ya.’
Syaikh
berkata, ‘Kalau begitu, mintalah ia supaya mendoakanmu agar Allah
menganugerahkanmu Al-Qur`anul-Karim dan
ilmu.’
Lantas aku
pulang menemui ibuku dan memintanya berdoa. Maka ia berdoa untukku. Setelah
tumbuh dewasa, suatu ketika aku pergi ke Bagdad. Di sana aku belajar bahasa
Arab dan fikih, kemudian aku kembali ke kota Ray.
Ketika aku
sedang berada di Masjid Al-Jami’ mempelajari kitab Mukhtashar Al-Muzani,
tiba-tiba Asy-syaikh datang
dan mengucapkan salam kepada kami sedangkan ia tidak mengenaliku. Ia
mendengarkan perkataan kami, tetapi tidak tahu apa yang kami ucapkan, kemudian
ia bertanya, ‘Kapan ia belajar seperti ini?’ Maka aku ingin mengatakan seperti
yang ia ucapkan dahulu, ‘Jika engkau punya ibu, katakan kepadanya agar ia
berdoa untukmu.’ Akan tetapi aku malu kepadanya.”
Lihatlah
Saudariku, betapa mustajabnya doa seorang ibu. Lalu mengapa terkadang kita
khawatir doa kita tidak terkabul? Mengapa terkadang kita merasa kesulitan
memahami suatu ilmu padahal ada seorang ibu di samping kita?
Bakti Seorang
Anak ketika Orang Tua telah Tiada
Terkadang
sebagian kita beranggapan bahwa kewajiban berbakti kepada kedua orang tua telah
usai ketika orang tua telah wafat. Jika memang demikian, alangkah bakhilnya
diri kita. Alangkah singkatnya bakti kita kepada orang tua yang telah mengasuh
kita dengan penuh kasih sayang, yang telah mengorbankan siang dan malamnya
untuk kebahagiaan sang anak. Seseorang yang telah mengucurkan banyak air mata
dan keringat untuk kebaikan sang anak. Lantas, apakah balas budi kepada mereka
akan berakhir seiring berakhirnya kehidupan mereka??
Saudariku …
ketahuilah, bahwa saat setelah wafat adalah saat di mana kedua orang tua paling
membutuhkan bakti anak-anaknya, yaitu ketika mereka telah memasuki alam barzah.
Mereka sangat membutuhkan doa yang baik dan permohonan ampun melalui seorang
anak untuk mengangkat kedua telapak tangannya kepada Allah Ta’ala.
Seseorang
datang kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih
tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah keduanya
wafat?” Beliau bersabda, “Ya, engkau mendoakan keduanya, memohonkan ampunan untuk
keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman keduanya, dan silaturahmi
yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim)
Begitulah,
bakti seorang anak kepada kedua orang tua senantiasa menjadi utang manusia
selama ruh masih berada pada jasadnya, selama jantung masih berdetak, selama
nadi masih berdenyut, dan selama napas masih berembus. Oleh karena itu, sangat
keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa baktinya telah usai ketika orang
tua telah wafat. Bakti seorang anak kepada orang tua senantiasa menjadi hutang
yang harus ditunaikan sampai ia bertemu dengan Allah Ta’ala. Mereka sangat
membutuhkan doa yang tulus serta permohonan ampun sehingga mereka mendapatkan
limpahan rahmat dan ampunan dari Allah karenanya.
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat
seorang hamba yang saleh di surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku
mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.’” (HR.
Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda, “Apabila
seorang anak Adam meninggal dunia maka amalnya terputus, kecuali tiga perkara:
… ,anak
saleh yang mendoakannya.” (HR.
Muslim)
DEMIKIANLAH MATERI TENTANG BIRRUL WALIDAIN.....SEMOGA BERMANFAAT ...
TUGAS UNTUK ANAK ANAK ADALAH MEMBUAT RANGKUMAN DARI MATERI BIRRUL
WALIDAIN YANG DIPRAKTEKKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI... DAN
DIDOKUMENTASIKAN....
ADZROO SHOOFIYA M. 9D
BalasHapusChitra pinasvita Maharani 9d
BalasHapusZahra bakdani 9d
BalasHapusAndin Mezashika 9D
BalasHapusDella khoirunisa 9d
BalasHapusFaisa Ananta Widya 9D
BalasHapusAmmar faishal 9D
BalasHapusTri febrianto 9D
BalasHapusAdinda Salsabila 9c
BalasHapusMahfuzh ihsan algifari 9f
BalasHapusAdzroo shoofiya M. 9D
BalasHapusDhita Octarina 9C
BalasHapusFitria Putri Ramadhani 9C
BalasHapusRaden Leo Three Pawaka 9C
BalasHapusVika Ayunda 9E
BalasHapusGagah Arifa 9D
BalasHapusDamara khadafi 9G
BalasHapusDamara khadafi 9G
BalasHapusDicky dharmawan 9f
BalasHapusZahwa natasya hamzah 9c
BalasHapusM fadilah 9h
BalasHapusPutri aulia 9e
BalasHapusRezha Khoirunnisa 9F
BalasHapusDea najuwa putri 9f
BalasHapusNazwa andini 9f
BalasHapusnadya liantina 9g
BalasHapusRa. Ayu Pisca Riandini 9D
BalasHapus